Lanjut ke konten

Yang Muda Yang Setia

September 3, 2010

Sore itu, Selasa (31/8) saya baru keluar dari mall terbesar di kota ini. Apalagi? Ngabuburit dong! Ngabuburit kali ini memanfaatkan internet gratis di food court dan menonton film disana. Rasanya enggan meninggalkan kesejukan bangunan berkubah tersebut di tengah panasnya udara Tasik saat itu. Lalu saya menangkap suara riuh tetabuhan perkusi berpadu dengan alat musik tradisional sunda, yang sudah jarang sekali terdengar.  Saya girang bukan main, iramanya membuat siapa pun bersemangat menyebabkan saya bergegas mendekat pada asal suara . Terkejut! Karena ternyata yang memainkan alat-alat musik tersebut bukanlah orang-orang dewasa berambut gondrong dan bertampang seniman seperti yang saya bayangkan, melainkan remaja-remaja berwajah imut berusia sekitar lima belasan. Tentu saja membangkitkan ketakjuban dan rasa penasaran.

Anak-anak Teater Tangga beraksi di tengah orang-orang yang keluar masuk Mall terbesar di Tasikmalaya

Saya yang memang suka ingin tahu urusan orang ini lantas mendekat dan duduk di samping salah seorang dari mereka, gadis manis berambut panjang berpipi tembam. Ia seketika tersenyum ramah menyambut saya.  Saya balas tersenyum lalu kembali menyimak deretan remaja laki-laki yang sedang menabuh djimbe diiringi gamelan. Luar biasa. Nampak dari cara mereka menabuh sehingga menghasilkan harmonisasi yang asik, nampaknya hal tersebut merupakan hasil latihan rutin dalam waktu yang tak sebentar. Saya ajak si gadis berpipi menggemaskan itu berkenalan kemudian mengobrol. Namanya Tia Listiani, siswi SMPN 3 Tasikmalaya. Tia dan teman-temannya lumayan sering tampil di tangga sekaligus pintu keluar-masuk mall tersebut. Selain ngabuburit sambil menghibur pengunjung mall dan para pejalan kaki, juga menggalang dana untuk kegiatan mereka berkesenian. “Lumayan, kadang dapet Rp. 80.000,-“ katanya.

Tia beserta remaja laki-laki penabuh djimbe dan gamelan sunda tersebut merupakan bagian dari anggota Teater Tangga, kelompok teater yang terdiri dari para remaja usia SMP dan datang dari sekolah yang berbeda, diantaranya  SMPN 3, SMPN 1, SMP Muhammadiyah, SMP Pasundan 1, dan SMPN 6. Lalu sejak kapan teman-teman kita yang belia ini mulai belajar menabuh perkusi dan degung (gamelan Sunda)? Ternyata hal tersebut sudah mereka lakoni sejak kelas 3 SD! Berawal dari keikutsertaan mereka di Teater Bolon yang merupakan kelompok teater beranggotakan anak-anak, Tia dan kawan-kawan diajari berbagai macam kesenian oleh Pak Amang, penggiat teater senior di Tasikmalaya sekaligus pimpinan Teater Bolon. Ketika mereka beranjak remaja dan lepas dari masa anak-anak, mereka tidak lantas meninggalkan kesukaan mereka berkesenian. Malah akhirnya membentuk Teater Tangga yang bermarkas di Jalan Selaawi, Paseh, Tasikmalaya.

Obrolan semakin asik ketika Aditya Nugraha (siswa SMPN 3) ikut nimbrung dan berbagi cerita. Menurut Adit, kebanggan menjadi anggota Teater Tangga ini salah satunya adalah mampu memainkan alat musik tradisional ketika remaja kebanyakan memilih ngeband. Namun untuk keperluan pentas mereka masih meminjam alat dari ‘almamater’ mereka, Teater Bolon. Meskipun alat masih pinjam mereka boleh berbangga hati sebab sering tampil dimana-mana. Malah mereka pernah tampil dalam acara Festival Darama Basa Sunda di Bandung beberapa waktu lalu dan terakhir tampil ketika memeriahkan ulang tahun Teater Bolon (28/8) di Alun-alun Tasikmalaya.

Kesukaan mereka berkesenian bukannya tanpa tantangan. Seringkali beberapa teman mendapat kesulitan ketika sekolah tempat mereka belajar tidak memberikan dukungan. Tapi teman-teman kita ini pantang menyerah lhoooo…dengan berbagai cara mereka bertahan supaya tetap bisa berlatih. “Padahal tiap sekolah biasanya punya seperangkat gamelan lengkap lho! Tapi buat apa kalau tidak dimainkan?,” begitu kata Aditya menutup obrolan kami.

Sesuai namanya, mudahan-mudahan kelompok Teater Tangga ini terus menanjak prestasinya. Bangga lho punya kalian yang masih muda-muda tapi sudah demikian setianya pada budaya Sunda.

(Nunu-Soca Tasikmalaya)

2 Komentar leave one →
  1. September 27, 2010 9:10 pm

    Mari jadikan Kota Tasik menjadi Kota Seni ! Dari mulai langkah kecil seperti dalam tulisan ini.

Tinggalkan komentar