Lanjut ke konten

Mengawali Tasikmalaya Yang Seru dari Perpustakaan Soca

Maret 12, 2010

Suasana Hangat di halaman Perpustakaan Rumah Soca

Satu-satunya yang tidak bersahabat di hari sabtu malam itu (6/3) hanya hujan! Mas Aci, Mas Ijal, dan Mas Danie Satrio dari Rosewood lantas menyanyikan manteranya : “Di Atas Awan”.  Rosewood bukanlah pawang hujan, namun dari panggung 2×3 meter di halaman depan Rumah Soca,  mereka membuat penonton  melupakan hujan dan bersenandung hangat.  Adalah lima lagu termasuk “Gak Mau Tahu” dan “Pencuri Hati” dari album terbaru mereka, “Taman Belakang”,  yang mereka antarkan kepada penonton yang asik duduk di teras,  maupun yang berkeliling melihat-lihat isi perpustakaan Soca.  Sekumpulan musisi yang memulai debutnya sejak tahun 2004 di dunia musik Indonesia ini,  yang juga  sempat melebarkan pengaruhnya ke Korea dan Singapura,  tampil di rangkaian acara launching Perpustakaan Rumah Soca,  mengobrol asyik tentang kenapa memakai kaos bertuliskan Enting-Enting,  alat musik yang mirip kotak semir,  dunia di atas awan,  dan kue khas Tasik.

Rosewood

Mas Aci, Mas Ijal, dan Mas Danie Tidak kalah Bawel dari Nunu sang host

Penampilan Tari Payung dari SMA Pasundan 2 Tasikmalaya

Barudak Gubuk Derita SMAN 4 Tasikmalaya, dengan musikalisasi puisinya

Barudak Gubuk Derita SMAN 4, Dengan Musikalisasi Puisinya

Berbagi bersama Mbak Prima

Sore harinya,  di ruang tengah Perpustakaan Rumah Soca,  Mbak Prima Rusdi duduk dikelilingi belasan anak-muda Tasikmalaya yang ingin berbincang mengenai kepenulisan dan Film. Prima Rusdi,  penulis skenario film AADC, menyempatkan diri datang ke Tasikmalaya untuk berbagi pengalamannya mengenai masa remaja, jurnalistik, media, keprihatinannya soal Bahasa Indonesia, dan sejarah. “Silakan baca sejarah, maka kalian akan sedih mengingat perjuangan mereka untuk Bahasa Indonesia”, refleksinya atas fenomena penggunaan Bahasa Indonesia yang dikacaukan oleh anak muda di era sekarang. “Ada sesuatu dengan kesepakatan para pemuda untuk menggunakan Bahasa Indonesia pada masa itu, kesetaraan. Kesetaraan adalah satu-satunya jalan agar Indonesia bisa merdeka.”

Mbak Prima Rusdi

Tak ingin kehilangan kesempatan, siswa-siswa SMA dan mahasiswa yang mengikuti sharing ini menghujani Mbak Prima, Penulis buku “1095 Hari Yang Ajaib” dan “Perjalanan Mata dan Hati”, dengan banyak pertanyaan. Salah satunya adalah peserta dari Bandung, bertanya tentang trik-trik mengelola media, mengingat pengalaman Mbak Prima yang lumayan padat di media, termasuk di Radio, televisi, dan majalah. Di atas semuanya, Mbak Prima Rusdi menekankan pentingnya teman-teman untuk berproses: bukan dengan apa kita memulai, tapi seberapa lama kita bertahan. Yang ditanyakan pertama kali untuk berkarya, menurutnya, adalah bukan tentang cara mengedit film atau cara bertemu penerbit, tapi menemukan apa yang ingin disampaikan.

Ngobrol Seru, dipandu oleh Marlon

Perpustakaan Media

Rangkaian acara ini adalah ajang untuk mengenalkan sebuah “ruang” dimana teman-teman muda se-Tasikmalaya bisa mengakses 200-an buku dari mulai esai, buku cerita, sampai novel, 150 judul film beserta Bioskop Mini-nya, dan 200-an media cetak dari tahun 1980 hingga sekarang : Perpustakaan Rumah Soca.

Di tempat ini teman-teman bisa mengakses bacaan dari berbagai tema, sekaligus berkegiatan dalam berbagai bentuk. Salah satu menu yang ditawarkan oleh Soca Tasikmalaya adalah “Olangan Project”, dimana teman-teman bisa berkreasi dengan video, foto, tulisan, maupun membuat benda-benda atau alat-alat dengan cara dan gaya sendiri! Kegiatan tersebut bisa teman-teman nikmati dengan mendaftar menjadi anggota ataupun sukarelawan.

Perpustakaan ini ditujukan bagi teman-teman Tasikmalaya untuk mempelajari berbagai bentuk media, agar bisa cakap menggunakannya, sekaligus kritis dengan media yang ada saat ini. Perpustakaan Soca bisa di akses setiap hari dari pukul 14.00-17.00 secara gratis. Soca Tasikmalaya berharap bisa terus meramaikan Tasikmalaya dan dunia anak mudanya lewat perputakaan ini.

(rina.  foto : Michael Ady chandra W.)

No comments yet

Tinggalkan komentar